Makalah Pendidikan Tentang " Gaya Belajar Siswa "

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses perubahan baik prilaku, pengetahuan dan budaya. Hal ini terkait dengan bagaimana proses interaksi terjalin dengan efektif, saat guru koofratif dengan peserta didik yaitu tidak membeda-bedakan perlakuan. Disamping guru harus bersikap arif, bijaksana dan penuh kasih sayang sebagai landasan dalam mentranformasikan ilmu pengetahuan, sikap dan budaya, bahkan guru dituntut untuk senantiasa mengetahui karakteristik peserta didik di antaranya;

Pertama Baground hight quality personality (latar belakang kualitas perseorangan). Latar belakang inilah yang kemudian peerta didik mempunyai gaya belajar masing-masiang misalnya; 40 jumlah peserta didik pasti memiliki gaya belajar yang berbeda-beda sesuai dengan bakat dan prilaku yang dibawanya.

Kedua Sosial budaya yaitu peranan dan status seseorang tentunya memiliki status social yang heterogen pula seperti halnya; latar belakang keluarga yang termasuk golongan High Class (tinggi), middle class (menengah) dan Law class (umum)

Ketiga Psikologi yaitu factor kejiwaan masing-masing individu tentu mempunyai karakteristi yang berbeda-beda pula dilihat dari segi motivasi, kreativitas dan kemampuan masing-masing peserta didik.

Keempat Antropologi yaitu dilahat dari struktur dan fisik seseorang memiliki cirri khas yang berbeda-beda pula

Keempat factor inilah, gaya belajar peserta didik bersifat heterogen, oleh karena itulah guru harus mampu memahami atas kondisi tersebut di atas sehingga kita dituntut untuk mampu mempersiapkan dan menciptakan suasana yang kondusif dam proses interaksi belajar mengajar.

Salah satu pakar dibidang komunikasi menawarkan konsep gaya seseoarang ini dipengaruhi oleh dua factor Rahmat, J. (1998) Pengantar Psikologi Komunikasi Intra Personal. Bandung: Rosda Karya. Yaitu:

1. Herediter (keturunan) ialah gaya belajar seseorang ditentukan pula oleh factor keturunan sebab factor genetic dapat berpengaruh terhadap keturunan.

2. Lingkungan, yaitu factor yang disebabkan oleh keluarga dan masyarakat.

Kedua factor tersebut, tidak dapat dihilangkan dari gejala yang akan tumbuh pada peserta didik.

B. Rumusan masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat diambil suatu masalah yang relevan dalam proses interaksi belajar mengajar yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan gaya belajar?.

2. Bagaimana tipe belajar, gaya belajar, gaya belajar efektif, kecenderungan dalam proses pembelajaran dan ketiga gaya belajar dengan karakteristiknya dapat aplikasikan?

3. Bagaimana model pembelaran pada masing-masing type gaya belajar dan karakteristiknya dapat diimplementasikan dalam proses interkasi belajar mengaja ?.

C. Prosedur pemecahan masalah

Dari hasil uraian di atas, dapat dijelaskan melalui prosedur pemecahan masalah berikut ini, yaitu:

1. Mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan gaya belajar.

2. Mendeskripsikan tentang tipe belajar, gaya belajar, gaya belajar efektif, kecenderungan dalam proses pembelajaran dan ketiga gaya belajar dengan karakteristiknya.

D. Sistematika penulisan

Sistematikan penulisan ini, disusun sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

A. Latar bealakang masalah

B. Rumusan masalah

C. Prosedur pemecahan masalah

D. Sistematika penulisan

BAB II Pembahasan

A. Pengertian Belajar

B. Macam- Macam Gaya Belajar

BAB III Kesimpulan dan saran

A. Kesimpulan

B. Saran

Inplementasi

Daftar Pustaka

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses. Artinya kegiatan belajar terjadi secara dinamis dan terus-menerus yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan (knowledge) atau perilaku (behavior).

Dua anak yang tumbuh dalam kondisi dan lingkungan yang sama dan meskipun mendapat perlakuan yang sama, belum tentu akan memiliki pemahanan, pemikiran dan pandangan yang sama terhadap dunia sekitarnya. Masing-masing memiliki cara pandang sendiri terhadap setiap peristiwa yang dilihat dan dialaminya. Cara pandang inilah yang kita kenal sebagai "Gaya Belajar".

Kata "belajar" yang sering dipersepsikan sebagai tindakan murid duduk diam di dalam kelas, mendengarkan penjelasan guru, dan membaca textbook BUKANLAH arti "belajar" yang sebenarnya yang akan kita bahas dalam artikel ini.

Belajar sebenarnya mengandung arti bagaimana kita menerima informasi dari dunia sekitar kita dan bagaimana kita memproses dan menggunakan informasi tersebut. Mengingat setiap individu memiliki keunikan tersendiri dan tidak pernah ada dua orang yang memiliki pengalaman hidup yang sama persis, hampir dipastikan bahwa "Gaya Belajar" masing-masing orang berbeda satu dengan yang lain. Namun, di tengah segala keragaman "Gaya Belajar" tersebut, banyak ahli mencoba menggunakan klasifikasi atau pengelompokan "Gaya Belajar" untuk memudahkan kita semua, khususnya para guru, dalam menjalankan tugas pendidikan dengan lebih strategis.

Selain itu juga gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4).

Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pebelajar. Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis latar belakang sosio cultural, dan pengalaman pendidikan (Nunan, 1991: 168).

Keanekaragaman Gaya belajar mahasiswa perlu diketahui pada awal permulaannya diterima pada suatu lembaga pendidikan yang akan ia jalani. Hal ini akan memudahkan bagi pembelajar untuk belajar maupun pembelajar untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Pembelajar akan dapat belajar dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan pembelajar dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat. Meningkatkan kemampuan intelegensinya (Kolb 1984 ), yang sangat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan mahasiswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar.

Belajar di bidang formal tidak selalu menyenangkan. Apalagi jika belajar dengan terpaksa . Menghadapi keterpaksaan untuk belajar jelas bukan hal yang menyenangkan. Tidak akan mudah bagi seseorang untuk berkonsentrasi belajar jika ia merasa terpaksa. Oleh karena itu, diperlukan jalan bagaimana agar belajar menjadi hal yang menyenangkan, atau .... walaupun tetap terpaksa, tapi dapat menjadi lebih mudah dan efektif.

Para ahli di bidang pendidikan mencoba mengembangkan teori mengenai gaya belajar sebagai cara untuk mencari jalan agar belajar menjadi hal yang mudah dan menyenangkan. Sebagaimana kita ketahui, belajar membutuhkan konsentrasi. Situasi dan kondisi untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar. Jika kita mengenali gaya belajar, maka kita dapat mengelola pembelajaran pada kondisi apa, dimana, kapan dan bagaimana cara pembelajaran yang baik dan efektif.

Gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan . Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Tetapi ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah.

Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat kita menjadi lebih pandai. Tapi dengan mengenali gaya belajar, kita akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif. Anda tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat optimal.

B. Macam-macam Gaya Belajar Menurut Para Ahli

1. Gaya Belajar Menurut David Kolb

Tanpa disadari dan direncanakan sebelumnya, setiap anak memiliki cara belajarnya sendiri. Mencoba mengenali "Gaya Belajar" anak, dan tentunya setelah guru mengenali "Gaya Belajar"nya sendiri, akan membuat proses belajar-mengajar jauh lebih efektif.

Dari sekian banyak teori atau temuan mengenai "Gaya Belajar", dalam kesempatan ini kita akan membahas sebuah model yang dikemukakan oleh David Kolb (Styles of Learning Inventory, 1981).

David Kolb mengemukakan adanya empat kutub (a-d) kecenderungan seseorang dalam proses belajar, kutub-kutub tersebut antara lain:

1. Kutub Perasaan/FEELING (Concrete Experience)

Anak belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Dalam proses belajar, anak cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang dihadapinya.

2. Kutub Pemikiran/THINKING (Abstract Conceptualization)

Anak belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Dalam proses belajar, anak akan mengandalkan perencanaan sistematis serta mengembangkan teori dan ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

3. Kutub Pengamatan/WATCHING (Reflective Observation)

Anak belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Dalam proses belajar, anak akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk opini/pendapat.

4. Kutub Tindakan/DOING (Active Experimentation)

Anak belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Dalam proses belajar, anak akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya.

Menurut Kolb, tidak ada individu yang gaya belajarnya secara mutlak didominasi oleh salah satu saja dari kutub tadi. Yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari dua kutub dan membentuk satu kecenderungan atau orientasi belajar. Empat kutub di atas membentuk empat kombinasi gaya belajar.

Pada model di atas, empat kombinasi gaya belajar diwakili oleh angka 1 hingga 4, dengan penjelasan seperti di bawah ini:

1. Gaya Diverger

Kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching). Anak dengan tipe Diverger unggul dalam melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap situasi adalah "mengamati" dan bukan "bertindak". Anak seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide (brainstorming), biasanya juga menyukai isu budaya serta suka sekali mengumpulkan berbagai informasi.

2. Gaya Assimillator

Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching). Anak dengan tipe Assimilator memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi serta merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya anak tipe ini kurang perhatian pada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak, mereka juga cenderung lebih teoritis.

3. Gaya Converger

Kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing). Anak dengan tipe Converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau hubungan antar pribadi.

4. Gaya Accomodator.

Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing). Anak dengan tipe Accommodator memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan menantang. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi / dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan / informasi) dibanding analisa teknis.

Menyimak berbagai gaya belajar di atas, sebagai guru perlu kiranya kita tetap sensitif terhadap strategi belajar kita sendiri, yang mungkin sama atau sama sekali berbeda dengan orientasi belajar peserta didik di kelas. Perbedaan itu dapat menimbulkan kesulitan dalam kegiatan belajar-mengajar (dalam interaksi, komunikasi, kerjasama, dan penilaian).


Jika mengajar kita pahami sebagai kesempatan membantu peserta didik untuk belajar, maka kita harus berusaha membantu mereka memahami "Style of Learning"nya, dengan tujuan meningkatkan segi-segi yang kuat dan memperbaiki sisi-sisi yang lemah dari padanya.

2. Gaya menurut Bobbi DePorter bersama Mike Hernacki didalam bukunya ”Quantum Learning”

Gaya belajar ada 3 dengan Karakteristik sebagai berikut :

1. Visual (belajar dengan cara melihat)

Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.



Ciri-ciri gaya belajar visual :

1. Bicara agak cepat

2. Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi

3. Tidak mudah terganggu oleh keributan

4. Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar

5. Lebih suka membaca dari pada dibacakan

6. Pembaca cepat dan tekun

7. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata

8. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato

9. Lebih suka musik dari pada seni

10. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :

1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.

2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.

3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.

4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).

5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Ciri-ciri gaya belajar auditori :

1. Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri

2. Penampilan rapi

3. Mudah terganggu oleh keributan

4. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat

5. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

6. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

7. Biasanya ia pembicara yang fasih

8. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

9. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

10. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual

11. Berbicara dalam irama yang terpola

12. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara


Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :

1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.

2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.

3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.

4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.

5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :

1. Berbicara perlahan

2. Penampilan rapi

3. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan

4. Belajar melalui memanipulasi dan praktek

5. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

6. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca

7. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita

8. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

9. Menyukai permainan yang menyibukkan

10. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu

11. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:


1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.

2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).

3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.

4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.

5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.


3. Gaya belajar menurut Dave Meier dalam bukunya The Accelerated Learning

Gaya belajar menurut Dave Meier dikenal dengan sebutan pendekatan SAVI

a. Belajar ”Somatis”


”Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti dalam psikosomatis). Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.

b. Belajar ”Auditori”

Belajar Auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran. Belajar auditori merupakan cara belajar standar bagi semua masyarakat sejak adanya manusia. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa disadari seseorang mampu membuat beberapa area penting didalam otak menjadi aktif.

c. Belajar ”Visual”

Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang lain. Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat ”melihat” apa yang sedang dibicarakan seseorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer dan lain-lain. Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata.

d. Belajar ”Intelektual”

Kata ”Intelektual” menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenung suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. ”Intelektual” adalah bagian dari merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna.

Intelektual (menurut Dave meier) adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk ”berfikir”, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosiaonal dan intuitif tubuh untuk membuat makana baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman diharapkan menjadi kearifan.

4. Gaya Belajar menurut Depdiknas

Tujuh Gaya Belajar Efektif

Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Berikut adalah tujuh gaya belajar yang mungkin bisa kita ambil :

a. Bermain dengan kata.

Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.

b. Bermain dengan pertanyaan.

Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiaop kali muncuil jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil yang paling akhirnya atau kesimpulan.

c. Bermain dengan gambar.

Anda sementar orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu. Jika Anda termasuk kelompok ini, tak salah bila Anda mencoba mengikutinya.

d. Bermain dengan musik.

Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara menginat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu. Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergeliik bagaimanalagu itu dibuat, siapa yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia, teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu

e. Bermain dengan bergerak.

Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap melakukan beragam aktivitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.

f. Bermain dengan bersosialisasi.

Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat dengan cara ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.

g. Bermain dengan Kesendirian.

Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi akan sangat membantu Anda bisa belajar secara mandiri.

Lima Prinsip Belajar :

a. Mengenali betul apa yang menarik untuk kita

Jika kita mengetahui betul apa sesungguhnya yang menarik bagi kita, tentu akan lebih mudah mencari ragam informasi penting yang akan kita pelajari. Tak ada seorang pun yang mampu memberikan informasi tentang apa yang menarik untuk kita pelajari kecuali kita sendiri.

Ada baiknya, sekali waktu, Anda berhenti dulu belajar, lalu tanyakan pada diri Anda sendiri, untuk apa Anda belajar? Jika Anda cukup punya alasannya, tak salah bila Anda mencoba mengujinya dengan mengikuti beberapa tes untuk melihat tingkat pemahaman kita dan cara untuk meningkatkannya. Hal terpenting yang perlu diingat adalah seberapa cepat pun kita bisa memahami suatu informasi, maka informasi itu dengan mudah bisa hilang dari ingatan jika ternyata informasi tersebut bukan seperti sesuatu yang menjadi inti ketertarikan kita.

b. Kenalilah kepribadian diri sendiri.

Jika kita tahu betul siap kita dan apa yang kita inginkan, maka mempelajari sesuatu yang sesuai dengan keinginan dan kepribadian kita menjadi lebih mudah dilakukan. Sebab, apapun yang akan kita pelajari dan pahami, seringkali menjadi sia-sia jika ternyata tak sesuai dengan kepribadian kita.

c. Rekam semua informasi dalam kata.

Langkah yang paling mudah untuk memahami, mengingat dan mempelajari sesuatu adalah dengan kata. Jadi, langkah yang paling mudah dan bijaksana adalah bila kita terbiasa merekam semua informasi itu dengan cara menuliskannya kembali dalam bentuk apa saja. Gambar, coretan dan yang terbaik adalah catatan tertulis buatan tangan sendiri.

d. Belajar bersama orang lain.

Cara termudah untuk belajar sesungguhnya adalah bila kita melakukannya secara bersama-sama. Prinsip belajar ini hampir selalu efektif bagi setiap orang, apa pun karakter belajar yang dimilikinya. Selain itu, belajar juga menjadi terasa lebih menyenangkan dan ringan, bila dilakukan secara bersama-sama.

e. Hargai diri sendiri.

Belajar memahami dan menyerap informasi akan menjadi lebih terasa bermanfaat dan berarti bila kita menghargainya. Jadi, rencanakan apa yang Anda akan pelajari dan pahami. Setelah itu, cobalah membuat jeda di antara waktu belajar yang Anda laklukan. Setelah itu, lihat seberapa besar tingkat keberhasilan Anda dalam mempelajari suatu informasi atau fakta tertentu. Bila Anda merasa itu berhasil, maka Anda layak menghargai jerih-payah Anda belajar dengan cara apa saja. Misalnya, merayakannya dengan makan enak atau membeli sesuatu yang bisa mengingatkan Anda akan keberhasilan yang Anda pernah capai.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Belajar adalah suatu proses. Artinya kegiatan belajar terjadi secara dinamis dan terus-menerus yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan (knowledge) atau perilaku (behavior).

1. Gaya Belajar Menurut David Kolb

Tanpa disadari dan direncanakan sebelumnya, setiap anak memiliki cara belajarnya sendiri. Mencoba mengenali "Gaya Belajar" anak, dan tentunya setelah guru mengenali "Gaya Belajar"nya sendiri, akan membuat proses belajar-mengajar jauh lebih efektif.

1. Kutub Perasaan/FEELING (Concrete Experience)

2. Kutub Pemikiran/THINKING (Abstract Conceptualization)

3. Kutub Pengamatan/WATCHING (Reflective Observation)

4. Kutub Tindakan/DOING (Active Experimentation)

2. Gaya menurut Bobbi DePorter bersama Mike Hernacki didalam bukunya ”Quantum Learning”

1. Visual (belajar dengan cara melihat)

2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

3. Gaya belajar menurut Dave Meier dalam bukunya The Accelerated Learning

a. Belajar ”Somatis”

b. Belajar ”Auditori”

c. Belajar ”Visual”

d. Belajar ”Intelektual”

4. Gaya Belajar menurut Depdiknas

a. Bermain dengan kata.

b. Bermain dengan pertanyaan.

c. Bermain dengan gambar.

c. Bermain dengan Music.

e. Bermain dengan bergerak.

f. Bermain dengan bersosialisasi.

g. Bermain dengan Kesendirian

B. Saran

Di Harapkan kenapa parah Orang tua dan pendidikan atau Guru untuk Mempelajari cara – cara mendidik seorang Guru dengan menggunakan Metode-metode yang bagus bagi siswa tersebut

Inplementasi

Dari semua gaya belajar yang dipaparkan oleh para ahli sebagaimana diatas tentunya masing-masing gaya belajar mempunyai kelebihan dan kekurangan, yang sudah barang tentu bagi pengguna gaya belajar yang satu, mereka akan berkata inilah gaya belajar yang terbaik, begitu juga yang lainnya akan berkomentar yang sama.Terlepas dari itu semua, sesungguhnya alangkah bijaksananya kalau para pendidik bisa meramu gaya belajar yang ada dalam satu kesatuan yang utuh sehingga bisa mengambil yang lebih baik dan terbaik dalam pembelajaran serta bisa lebih efektif.

Daftar Pustaka

http://munirmisbahul.blogspot.com/2007/11/gaya-belajar-anak-styles-of-learning.html

http://www.depdiknas.go.id/serba_serbi/memahami%20%20%20gaya%20belajar.htm

http://www.ut.ac.id/html/Strategi-bjj/gaya1.htm

http://re-searchengines.com/christiana6-04.html

http://emirina.wordpress.com/2009/03/17/gaya-belajar-pada-anak/

http://zalva-kapeta.blogspot.com/2009/02/gaya-belajar.html

http://www.padepokan-ilmu.co.cc/2010/12/gaya-belajar-siswa.html

http://pustaka.ut.ac.id/puslata/pdf/80490.pdf

http://thinktep.wordpress.com/2008/10/29/mengenal-karakteristik-siswa

http://nida1412.blogspot.com/2010/10/gaya-belajar-anak.html

Mulyani dan Syaodih, N. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Fokus CM 31, (2008). Mengenal Tipe Gaya Belajar. Jakarta: Wikipedia [Online]. Tersedia

http://lead.sabda.org/mengenal_tipe_gaya_belajar_0. [16 Sepember 208].

De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 2007. Quantum Learning. Jakarta: Kaifa
Hidayana, Herma. 2009. Pengaruh Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa

ads

Ditulis Oleh : Belajar Yuk!!! Hari: 4:37 PM Kategori: