BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Kata Pengantar
Kecerdasan atau intelejensi seseorang dibawa dari pertama kali ia dilahirkan. Akan tetapi perkembangan kecerdasan atau intelegensi itu didapatkan seseorang seiring perkembangannya dalam kehidupan. Kecerdasan terbagi-bagi menjadi tiga bagian, yaitu kecerdasan intelektual atau IQ, kecerdasan spiritual atau SQ, dan kecerdasan emosional atau EQ. ketiga bentuk kecerdasan ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Agar terjadi keseimbangan maka ketiganya harus diasah dengan baik melalui suatu proses pembelajaran dan pengalaman-pengalaman tersendiri.
Menurut Piaget perkembangan intelegensi atau kecerdasan anak itu terbagi menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motorik antara umur 0-2 tahun, tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-12 tahun), dan tahap operasional formal (12 tahun-seterusnya). Tahapan-tahapan ini pasti dilalui oleh anak dalam perkembangannya dari lahir sampai ia dewasa. Menurut piaget apabila satu tahap saja tidak dilalui oleh seorang anak, maka itu akan berakibat pada kecerdasan anak itu sendiri.
Intelegensi sangat penting bagi kehidupan seseorang, karena tanpa intelegensi tersebut, seseorang tidak akan mampu untuk membedakan sesuatu, baik itu hal yang nyata ataupun hal yang tidak nyata. Jika kita membicarakan intelegensi maka tidak terlepas dari proses pembelajaran. Karena intelejensi itu berkembang dan didapatkan melalui proses pembelajaran. Jika intelegensi itu tidak diasah maka intelegensi itu tidak akan berkembang dan tidak akan ada perubahan. Daya pikir seseorang yang telah mendapat didikan dari sekolah (pembelajaran), menunjukkan sifat-sifat yang lebih baik daripada anak yang tidak bersekolah.
Intelegensi atau kecerdasan tidak hanya terpaut pada kecerdasan individual, tetapi ada pula kecerdasan majemuk. Melalui teori kecerdasan majemuk akan menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari sudut pandang intelejensi. Pendidikan atau pembelajaran kecerdasan ganda berorientasi pada pengembangan potensi anak bukan berorientasi pada idealisme guru atau orang tua.
Dengan paparan di atas maka kami akan mencoba untuk membahas tentang kecerdasan majemuk atau multiple intelligences. Agar kecerdasan majemuk itu dapat dikembangkan dengan baik dalam proses pembelajaran.
B. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar kita mengetahui dan memahami apa yang dimaksud kecerdasan itu. Dan juga mengetahui bagaimana intelegensi itu berpengaruh bagi kehidupan kita. Agar kita bisa memanfaatkan teori kecerdasan itu dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan dapat diartikan menurut bahasa yaitu intelegensi. Sedangkan yang dimaksud intelegensi atau Intelek sama dengan Intelegere yang berarti memahami Intellectus atau Intelek adalah bentuk particium perpectum (pasif). Sedangkan Intellegens atau Intelegensi adalah bentuk particium praesens (aktif)
Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu.
Dari sederet pengertian Intelegensi dan setiap orang yang berpendapat yang berbeda tentang Intelegensi maka kami menyimpulkan bahwa Intelegensi adalah suatu tata kelakuan menusia yang berbagai macam untuk berbuat sesuatu yang tepat dalam merespon sesuatu yang Ia terima dari segi berfikir dan bertindak.
B. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan
Tingkat kecerdasan seseorang berbeda-beda karena dalam perkembangan kecerdasan ada beberapa faktor-faktor kecerdasan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
2. Faktor Minat dan Bawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3. Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelengensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
4. Faktor Kematangan
Dimana organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak-anak belulm mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umu.
5. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor tersebut di atas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.
C. Kecerdasan Multiple Intelegensi
Sesungguhnya intelegensi atau kecerdasan anak berbeda-beda karena beberapa faktor. Dari perkembangannya kecerdasan dapat digolongkon bermacam-macam yang sering disebut multiple intelegensi atau kecerdasan majemuk.
Jadi kecerdasan bukan dinilai darites di atas meja. Yang dimaksud tes di atas meja yaitu tes IQ. Maka, untuk mengertikan inteligensi seseorang yang menonjol perlu dilihat bagaimana orang itu menghadapi persoalan nyata dalam hidup.
Dari penjelasan tersebut maka Gardner kemudian mengklasifikasikan kecerdasan. Klasifikasi kecerdasan yang sering disebut multiple intelegensi atau kecerdasan majemuk. Garner mengatakan bahwa, “ IQ tidak boleh dianggap sebagai gambaran mutlak, suatu entitas tunggal yang tetap yang bisa diukur dengan tes menggunakan pensil dan kertas. Ungkapan yang tepat adalah bukan seberapa cerdas Anda, tetapi bagaimana Anda menjadi cerdas”. (2002: 58).
D. Multiple Kecerdasan menurut Gardner
Kecerdasan Linguistik (Bahasa). Kemampuan membaca, menulis,dan berkomunikasi dengan kata-kata atau bahasa. Contoh orang yang memiliki kecerdasan linguistic adalah penuulis, jurnalis, penyair, orator, dan pelawak.
Kecerdasan Logis-Matematis. Kemanpuan berpikir (bernalar) dan menghitung, berpikir logis dan sistematis. Ini adalah jenis keterampilan yang sangat dikembangkan pada diri insinyur, ilmuwan, ekomon, akuntan, detektif, dan para anggota profesi hukum.
Kecerdasan Visual-Spasial. Kemampuan berpikir menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan. Membayangkan berbagai hal pada mata pikiran Anda. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini antara lain para arsitek, seniman, pemahat, pelaut , fotografer, dan perencara strategis.
Kecerdasan Musikal. Kemampuan menggubah atau mencipta musik, dapat menyanyi dengan baik, dapat memahami atau memainkan musik, serta menjaga ritme. Ini adalah bakat yang dimiliki oleh para musisi, composer, perekayasa rekaman
Kecerdasan Kinestik-Tubuh. Kemampuan menggunakan tubuh Anda secara terampil untuk memecahkan masalah, menciptakan produk atau mengemukakan gagasan dan emosi. Kemampuan ini dimiliki oleh para atlet, seniman tari atau akting atau dalam bidang banguan atau konstruksi.
Kecerdasan Interpersonal (social). Kemampuan bekerja secara efektif dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain dan memperlihatkan empati dan pengertian, memeperhatikan motivasi dan tujuan mereka. Kecerdasan jenis ini biasanya dimiliki oleh para guru yang baik, fasilitator, penyembuh, polisi, pemuka agama, dan waralaba.
Kecerdasan Intrapersonal. Kemampuan menganalis-diri dan merenungkan-diri, mampu merenung dalam kesunyian dan menilai prestasi seseorang, meninjau perilaku seseorang dan perasaan-perasaan terdalamnya, membuat rencana dan menyusun tujuan yang hendak dicapai, mengenal benar diri sendiri. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para filosof, penyuluh , pembimbing, dan banyak penampil puncak dalam setiap bidang.
Pada tahun 1996, Gardner memutuskan untuk menambahkan satu jenis kecerdasan kedelapan (yaitu kecerdasan naturalis), dan kendatipun banyak pendapat yang menentang, ada godaan untuk menambahkan yang kesembilan, yaitu kecerdasan spiritual.
Kecerdasan Naturalis. Kemampuan mengenal flora dan fauna, melakukan pemilahan-pemilahan runtut dalam dunia kealaman, dan menggunakan kemampuan ini secara produktif- misalnya berburu, bertani, atau melakukan penelitian biologi.
Kecerdasan hanyalah sehimpunan kemampuan dan keterampilan. Manusia dapat mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan dengan belajar menggunakan kemampuannya secara penuh.
Delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia ini mengungkapkan kepada kita bahwa ada “banyak jendela menuju satu ruangan yang sama” di mana subjek-subjek pelajaran dapat didekati dari berbagai prespektif. Dan ketika orang mampu menggunakan bentuk-bentuk kecerdasan mereka yang paling kuat, mereka akan menemukan bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan.
E. Jenis – Jenis Kecerdasan
1. Kecerdasan Intelektual (IQ)
Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas Stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak. Otak adalah organ luar biasa dalam diri kita. Beratnya hanya sekitar 1,5 Kg atau kurang lebih 5 % dari total berat badan kita. Namun demikian, benda kecil ini mengkonsumsi lebih dari 30 persen seluruh cadangan kalori yang tersimpan di dalam tubuh. Otak memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel saraf mempunyai ribuan sambungan. Otak satu-satunya organ yang terus berkembang sepanjang itu terus diaktifkan. Kapasitas memori otak yang sebanyak itu hanya digunakan sekitar 4-5 % dan untuk orang jenius memakainya 5-6 %. Sampai sekarang para ilmuan belum memahami penggunaan sisa memori sekitar 94 %.
Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ (Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup.
IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya. Apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak.
2. Kecerdasan Emosional (EQ)
EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh emosi.
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk “menjinakkan” emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi.
3. Kecerdasan Spiritual (SQ)
Selain IQ, dan EQ, di beberapa tahun terakhir juga berkembang kecerdasan spiritual (SQ = Spritual Quotiens). Tepatnya di tahun 2000, dalam bukunya berjudul ”Spiritual Intelligence : the Ultimate Intellegence, Danah Zohar dan Ian Marshall mengklaim bahwa SQ adalah inti dari segala intelejensia. Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah dan nilai-nilai spiritual. Dengan adanya kecerdasan ini, akan membawa seseorang untuk mencapai kebahagiaan hakikinya. Karena adanya kepercayaan di dalam dirinya, dan juga bisa melihat apa potensi dalam dirinya. Karena setiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan juga ada kekurangannya. Intinya, bagaimana kita bisa melihat hal itu. Intelejensia spiritual membawa seseorang untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, dan tentu saja dengan Sang Maha Pencipta.
Denah Zohar dan Ian Marshall juga mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Dari pernyataan tersebut, jelas SQ saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan, karena diperlukan keseimbangan pula dari kecerdasan emosi dan intelektualnya. Jadi seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap orang mampu secara proporsional bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa-raga yang penuh keseimbangan. Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQ yang merupakan sebuah keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis) and Soul (Spiritual).
F. MULTI KECERDASAN DALAM PEMBELAJARAN
Setiap peserta didik memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Kecerdasan peserta didik dalam belajar didasari beberapa jenis kecerdasan yang ada, yang dikenal dengan multi kecerdasan. Seorang guru perlu memahami berbagai jenis kecerdasan peserta didik, agar dapat menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi dalam menjembatani proses belajar peserta didik.
a. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan Linguistik merupakan kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata dan penggunaan bahasa untuk mengekspresikan dan memberi makna yang kompleks. Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para pengarang, penyair, jurnalis, pembicara, dan penyiar berita. Beberapa karakteristik yang ada pada orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan bahasa antara lain adalah :
1. Mendengarkan dan merespon setiap suara dan berbagai ungkapan kata;
2. Menirukan suara, bahasa, membaca dan menulis;
3. Belajar melalui menyimak, membaca dan menulis serta diskusi;
4. Menyimak secara efektif, memahami, menguraikan, menafsirkan dan mengingat apa yang diucapkan;
5. Membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan atau menerangkan;
6. Berbicara secara efektif kepada beragam pendengar, beragam tujuan, dan mengetahui cara berbicara secara sederhana, fasih, dan bergairah;
7. Menulis secara efektif, memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca dan kosa kata yang efektif;
8. Memperlihatkan kemampuan untuk mempelajari bahasa lainnya;
9. Menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis dan membaca.
Kelas pada setiap pelajaran harus berupa lingkungan yang kaya akan bahasa tempat peserta didik berbicara, berdiskusi dan menjelaskan dan yang paling penting adalah mendorong rasa ingin tahunya.
Pembentukan lingkungan pembelajaran Verbal-Linguistik :
1. Kondisikan peserta didik untuk menceritakan suatu kisah atau suatu masalah yang terkait dengan materi pelajaran;
2. Memberi kesempatan peserta didik untuk memimpin suatu diskusi atau debat;
3. Menugaskan peserta didik untuk membuat sebuah artikel;
4. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghubungkan suatu artikel/cerita dengan realita atau materi pelajaran;
5. Menugaskan peserta didik untuk mempresentasikan sesuatu pokok bahasan;
6. Mengkondisikan kegiatan ”talk show” dalam suatu program/materi;
7. Menyusun suatu laporan/ resume/kajian pada suatu topik/ materi yang relevan.
b. Kecerdasan Logika Matematika (Logical Mathematic Intelligence)
Merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematika. Kecerdasan matamatika biasanya dimiliki oleh para ilmuwan, ahli matematika, akuntan, insinyur, dan pemrogram komputer.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan matematika antara lain adalah:
1. Merasakan berbagai tujuan dan fungsi mereka dalam lingkungannya;
2. Mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitatif, waktu dan hubungan sebab akibat;
3. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menunjukkan realita;
4. Menunjukkan keterampilan memecahkan masalah secara
logis;
5. Memahami pola-pola dan hubungan-hubungan;
6. Mengajukan dan menguji hipotesis;
7. Menggunakan bermacam-macam keterampilan matematis,
seperti memperkirakan, perhitungan logaritma, menafsirkan statistik, dan informasi visual dalam bentuk grafik;
8. Berpikir secara sistematis dengan mengumpulkan bukti,
membuat hipotesis dan merumuskan berbagai model;
9. Mengungkapkan ketertarikan dalam karir, seperti akuntansi,
teknologi informasi, mesin dan ilmu kimia.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan logika matematis, antara lain:
1. menerjemahkan suatu pokok bahasan ke dalam rumus matematika;
2. merencanakan dan memimpin suatu eksperimen;
3. menggunakan diagram venn untuk menjelaskan;
4. menggunakan analogi untuk menjelaskan;
5. mengkategorikan fakta-fakta;
6. merancang suatu simbol atau kode.
c. Kecerdasan Spasial (Spatial Intelligence)
Kemampuan membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga dimensi seperti yang dilakukan pelaut, pilot, pemahat, pelukis, dan arsitek. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang merasakan bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, mengubah dan memodifikasi bayangan dan obyek melalui ruang untuk menghasilkan suatu gambar/grafik ataupun suatu benda.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan spasial antara lain adalah :
1. Belajar dengan melihat dan mengamati;
2. Mengarahkan dirinya pada benda-benda secara efektif dalam ruangan;
3. Merasakan dan menghasilkan sebuah bayangan mental, berpikir dalam gambar dan memvisualisasikan detail;
4. Membaca grafik, bagan, peta, dan diagram visual;
5. Menikmati gambar-gambar tak beraturan, lukisan, ukiran atau obyek repro lain dalam bentuk yang dapat dilihat;
6. Menikmati bentukan hasil tiga dimensi, seperti obyek origami, jembatan tiruan dan maket;
7. Cakap mendesain secara abstrak;
8. Menciptakan bentuk baru dari media visual spasial.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan kecerdasan spasial, antara lain:
1. Menciptakan sebuah pertunjukkan;
2. Merancang sebuah poster, buletin, dan sejenisnya;
3. Menggunakan suatu sistem memori untuk mempelajari;
4. Menciptakan suatu karya;
5. Membuat variasi bentuk dan ukuran dari suatu objek;
6. Membuat suatu ilustrasi, sketsa, denah dari suatu obyek;
7. Menggunakan proyeksi untuk mengajar.
d. Kecerdasan Kinestetik Tubuh (Bodily Kinesthetic Intelligence)
Kemampuan seseorang untuk menggerakkan suatu obyek dan keterampilan-keterampilan fisik yang halus. Kemampuan atau kecerdasan ini dimiliki oleh para atlit, penari, ahli bedah, dan seniman.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan kinestetik antara lain adalah :
1. menjelajahi lingkungan dan sasaran melalui sentuhan dan gerakan;
2. mengembangkan kerjasama dan rasa terhadap waktu;
3. belajar dengan lebih baik, jika terlibat langsung dan berpartisipasi; menikmati secara konkrit dalam mempelajari pengalaman-pengalaman, seperti perjalanan ke alam bebas, berpartisipasi dalam bermain peran dan permainan ketangkasan;
4. menunjukkan keterampilan atau mendemonstrasikan keahlian dalam bidangnya.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan kinestetik, antara lain:
1. Bermain peran atau menirukan;
2. Menciptakan suatu gerakan atau rangkaian gerakan untuk menjelaskan;
3. Menciptakan suatu model;
4. Merancang suatu produk;
5. Merencanakan dan menghadiri suatu perjalanan lapangan;
6. Membuat suatu permainan atau sejenisnya.
e. Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)
Merupakan kecerdasan yang memiliki sensitivitas pada pola titian nada, melodi, ritme, dan nada seperti yang dimiliki oleh komposer, musisi, kritikus, dan pembuat alat musik, atau seorang pendengar yang sensitif.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan musikal antara lain adalah :
1. Mendengar dan merespon dengan ketertarikan terhadap berbagai bunyi;
2. Menikmati dan mencari kesempatan untuk mendengarkan musik atau suara-suara alam pada suasana belajar;
3. Merespon terhadap musik secara kinestetik;
4. Mengenali dan mendiskusikan berbagai gaya musik, aliran dan variasi budaya;
5. Mengoleksi musik dan informasi mengenai musik dalam berbagai bentuk;
6. Mengembangkan kemampuan menyanyi atau memainkan instrumen secara sendiri;
7. Mengembangkan referensi kerangka berpikir pribadi untuk mendengarkan musik;
8. Mengembangkan improvisasi dan bermain dengan suara/bunyi.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu yang terkait dengan kecerdasan musikal, antara lain:
1. Meyajikan suatu pertunjukkan dengan iringan musik yang tepat;
2. Menyanyikan sebuah kritikan atau lagu;
3. Menyajikan kelas musik dalam waktu singkat pada suatu materi/pokok bahasan;
4. Menggunakan musik untuk mempertinggi semangat belajar;
5. Menuliskan suatu lirik lagu untuk suatu pokok bahasan/materi.
f. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secera efektif, seperti yang dimiliki oleh guru, pekerja sosial, artis atau politisi yang sukses.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan interpersonal antara lain adalah :
1. terikat dengan dan berinteraksi dengan orang lain;
2. membentuk dan menjaga hubungan sosial;
3. mengetahui dan menggunakan cara-cara yang beragam dalam berhubungan dengan orang lain;
4. merasakan perasaan, pikiran, motivasi, tingkah laku dan gaya hidup orang lain;
5. berpartisipasi dalam kegiatan kolaboratif dan menerima bermacam peran yang perlu dilaksanakan;
6. mempengaruhi pendapat dan perbuatan orang lain;
7. memahami dan berkomunikasi secara efektif, baik secara verbal maupun non verbal;
8. menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan group yang berbeda;
9. mempelajari keterampilan yang berhubungan dengan penengah sengketa;
10. Tertarik pada karir yang berorientasi interpersonal, seperti mengajar, pekerjaan sosial dan konseling.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan kecerdasan interpersonal, antara lain:
1. memimpin suatu rapat;
2. bersama seorang rekan menggunakan penyelesaian masalah berat;
3. bermain peranan dengan berbagai perspektif;
4. mengatur dan ikut serta dalam sebuah kelompok;
5. mengajarkan orang lain tentang suatu hal;
6. berlatih memberi dan menerima umpan balik;
7. menciptakan suatu sistem /prosedur dari suatu kegiatan.
g. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuannya untuk merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang, seperti yang dimiliki oleh ahli agama, ahli psikologi dan ahli filsafat.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan intrapersonal antara lain adalah :
1. sadar akan wilayah emosinya;
2. menemukan cara-cara dan jalan keluar untuk mengekpresikan perasaan dan pemikirannya;
3. mengembangkan model diri yang akurat;
4. termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperjuangkan tujuannya;
5. membangun dan hidup dalam suatu sistem nilai etika (agama);
6. bekerja mandiri;
7. mengatur secara kontinyu pembelajaran dan perkembangan tujuan personalnya;
8. berusaha mencari dan memahami pengalaman batinnya sendiri;
9. berusaha untuk mengaktualisasikan diri;
10. memberdayakan orang lain (memiliki tanggung jawab kemanusiaan).
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan kecerdasan intrapersonal, antara lain:
1. Menggambarkan bahwa kemampuan yang dimilikinya dapat membantu menuju kesuksesan;
2. Merangkai dan mengejar suatu tujuan;
3. Menggambarkan perasaannya tentang sesuatu;
4. Menggunakan acuan belajar;
5. Membuat suatu jurnal;
6. Menerima umpan balik dari orang lain;
7. Mengomentari atau menilai hasil pekerjaannya.
h. Kecerdasan Natural (Naturalistic Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan lingkungan alam dan merupakan kecerdasan kedelapan dari kecerdasan yang tidak termasuk teori asli Multiple Intelligences dari Gardner. Kecerdasan ini terkait dengan sensitifitas terhadap alam dan faktor lingkungan, misalnya mudah berinteraksi dengan hewan, mampu memprediksi terjadinya perubahan alam, mudah mengenali berbagai spesies hewan maupun tumbuhan. Kecerdasan ini akan lebih mudah diwujudkan melalui pengumpulan dan penganalisaan suatu subjek yang berhubungan dengan alam.
BAB III
PENUTUP
A. KesimpulanPENUTUP
Dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa kecerdasan adalah suatu kemampuan ganda untuk memecahkan suatu masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Adapun manfaat dari kecerdasan dalam proses pembelajaran yaitu sebagai masukan berupa teori, metode dan praktek tentang pembelajaran itu sendiri
Dengan adanya multiple kecerdasan kita harus tahu bahwa anak itu cerdas dalam hal apa. Dengan kita tahu, kita dapat mengoptimalkan kecerdasan anak.
B. Saran
Saran yang dapat kami berikan yaitu agar teori tentang kecerdasan itu dapat digunakan dalam proses pembelajaran, tanpa membedakan antara kecerdasan siswa yang satu dengan yang lain. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal dan optimal.
Implikasi
Pemerintah atau oknum pendidikan pada umumnya hendaknya mengadakan seminar tentang kecerdasan oleh para pakar sehingga dapat memotivasi baik orangtua maupun guru dalam memberikan bimbingan kepada anaknya. Kita sebagai masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa sukses di sekolah adalah kunci utama untuk kesuksesan hidup di masa depan. Maka perlu adanya pembinaan para guru agar bisa mencerdaskan siswa terutama pendidikan yang ada di lingkungan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Budianingsih, Asri. 2007. Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Soeparwoto. 2007. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT Unnes Press
Susanto, Februari, 2010. Pentingnya Kecerdasan Majemuk. Media. 14-18.
Nurhianto, 2010. Bakat dan Kemampuan. Surabaya:P. Pelajar
http://www.google.com
http://4gus3.blogspot.com/2009/05/pengertian-atau-definisi-dari-iq-eq-dan.html
http://ridhotha.wordpress.com/2010/01/30/teori-kecerdasan-majemuk/
http://pengawassmk.wordpress.com/2010/12/04/multi-kecerdasan-dalam-pembelajaran/
http://sekolah-dasar.blogspot.com/2009/11/teori-multiple-intelegensi-kecerdasan.html
Untuk Lebih Lengkap & Rapi Silahkan Download Filenya Dalam Bentuk MS.Word Di bawah Ini :
Download
:
1. Klick Link Yang mau di Download
2. Setelah Tambil Halaman Adf.Ly seperti Gambar di bawah.Tunggu Waktu 5 Detik
3. Setelah Selesai Klick SKIP AD > Seperti Gambar di Bawah ini :